
KABUPATEN BEKASI, MHI - Presiden RI
Joko Widodo (Jokowi) meninjau perbaikan tanggul Sungai Citarum di Kecamatan
Pebayuran, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, Rabu (24/02/2021). Tanggul tersebut
jebol pada Sabtu (20/02/2021) sekitar pukul 10 malam lalu dan mengakibatkan
banjir di sejumlah desa.
Dalam
peninjauan di lokasi, Presiden tampak didampingi Menteri Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono, Menteri Sosial Tri Rismaharini,
Kepala BNPB Doni Monardo, Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil, dan Bupati Bekasi
Eka Supria Atmaja.
Dalam
keterangan persnya, Kepala Negara menyampaikan, perbaikan tanggul tersebut
telah dimulai sejak dua hari yang lalu. Diungkapkannya, ia juga telah meminta
agar perbaikan tanggul dapat diselesaikan dalam waktu dua hari.
“Ada tiga
titik yang mengalami jebol tanggul seperti ini. Tetapi dua hari yang lalu sudah
mulai dikerjakan dan ini insyaallah, tadi saya memberikan target maksimal 2
hari lagi sudah harus selesai tanggulnya sehingga semuanya berfungsi normal
kembali,” ujarnya.
Pemerintah juga akan segera menyelesaikan perbaikan hunian warga yang terdampak banjir akibat jebolnya tanggul Sungai Citarum ini.
“Kemudian
masyarakat yang terkena dampak, di sini ada tadi 30 juga perumahannya akan
segera diselesaikan dalam waktu yang secepat-cepatnya,” tandas Presiden Jokowi.
Pada
kesempatan tersebut Presiden meninjau proses pengurukan di desa terdampak
banjir. Tampak sejumlah alat berat seperti ekskavator digunakan dalam proses
pengurukan tersebut. Selain itu, Presiden juga meninjau rumah-rumah penduduk yang
mengalami kerusakan akibat banjir.
Banjir
akibat jebolnya tanggul Sungai Citarum berdampak pada 4.867 KK dengan jumlah
pengungsi mencapai 9.438 jiwa. Para pengungsi tersebut kini berada di 17 titik
pengungsian yang tersebar di sembilan desa yang terdampak, yakni Desa
Karangsegar, Desa Sumberurip, Desa Karangharja, Desa Sumbereja, Desa
Karangpatri, Desa Bantarsari, Desa Karanghaur, Desa Sumbersari, dan Desa
Bantarjaya.
Sebagaimana
di ketahui Proyek Citarum Harum merupakan upaya masif untuk mengembalikan
Sungai Citarum seperti sedia kala. Proyek ini sudah berjalan selama dua tahun
dan mulai menampakkan hasil, permukaan sungai Citarum tidak lagi kusam dan
kotor. Proyek yang ditangani oleh Tentara Nasional Indonesia (TNI) dalam hal
ini Militer III/Siliwangi diklaim sangat cepat melakukan proses restorasi,
revitalisasi dan rehabilitasi Sungai Citarum.
Sungai
Citarum yang mendapat gelar “The Dirtiest River The World” dari publik
internasional membuat Presiden Joko Widodo melahirkan Peraturan Presiden Nomor
15 Tahun 2018 tentang Percepatan Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Daerah
Aliran Sungai Citarum. Peraturan ini sekaligus menandai komitmen pemerintah
untuk merestorasi, merevitalisasi dan merehabilitasi Sungai Citarum.
Kepala Staf
Daerah Militer (Kasdam) III/Siliwangi Brigjen TNI Nurcahyanto mengatakan Sungai
Citarum memiliki pencemaran yang sangat berat yang diakibatkan oleh lima sumber
yakni limbah domestik, limbah rumah sakit, limbah industri, sedimentasi, dan
Keramba Jaring Apung (KJA).
“Berdasarkan
Perpres, prajurit Kodam Siliwangi mempunyai tanggungjawab terhadap lima
persoalan sumber di DAS Citarum. Untuk mengatasinya kami melakukan rehabilitasi
lahan kritis dengan melakukan penanaman sesuai target yaitu 125 juta bibit
pohon di lahan seluas 80 ribu hektare. Sudah terealisasi 1,4 juta bibit pohon
yang ditanam di 667 hektare.
Kemudian untuk mengatasi pencemaran kami membuat
tempat pembuangan komunal, sumur resapan dan mengelola sampah rumah tangga,”
ujar Nurcahyanto saat ditemui pada acara Seminar Nasional Model Sinergitas
Pentahelix Merawat Alam dan Mitigasi Bencana di Hotel Asrilla, Bandung, Jumat
(22/02/2019).
Pemerintah Indonesia Bekerjasama Dengan Jepang Bereskan Pencemaran Sungai Citarum dan Isu Perubahan Iklim

Menteri Koordinator Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan, menggelar pertemuan dengan Menteri Lingkungan Jepang Shinjiro Koiszumi dan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya Bahar, secara virtual pada 18 Februari 2021 membahas tentang hal tersebut.
Menurut Menteri Koordinator Kemaritiman dan Investasi , mengatakan bahwa, “Kami sudah melakukan berbagai kebijakan dan menjalankan berbagai program mulai dari 2018 sampai 2020. Kami telah berhasil mengurangi kebocoran sampah ke laut dari sungai sebesar 15% berkat program seperti penanganan DAS (Daerah Aliran Sungai) di kawasan Sungai Citarum,” Ungkapnya.
Luhut menjelaskan, "Indonesia dan Jepang sudah bekerjasama untuk menangani permasalahan mengenai lingkungan, terutama di bidang pencemaran lingkungan dan penangan sampah laut sejak 2019," jelasnya.
"Pemerintah Indonesia telah mengatur penanganan sampah dan lingkungan dalam Peraturan Presiden
(PP) Nomor 83 Tahun 2018 yang melibatkan 16 Kementrian atau lembaga yang terkait, untuk menyinergikan kegiatan yang berkontribusi pada penanganan sampah laut tersebut.Ditargetkan
pada 2025, penanganan sampah di laut sudah
mencapai angka 70%,"Kata Luhut.
Lebih lanjut ia juga mengungkapkan, bahwa,"Melalui kerjasama Indonesia dan Jepang mengenai waste to energy (WTE) sejak 2017, limbah yang menjadi polutan di DAS mulai diolah. Pihak
Jepang sudah mulai merealisasikannya dengan Pengolahan Sampah menjadi Energi Listrik Berbasis Teknologi Ramah Lingkungan (PSEL). Salah satunya PSEL yang dibangun oleh pihak Jepang melalui JICA terdapat di Legok Nangka, Jawa Barat," pungkasnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar